Minggu, 17 April 2016

Bergoyang



“Iman lama banget yaa, Wii…”
Itulah pernyataan Nisa setelah 10 menit menunggu Iman di pinggir jalan tepat di samping Gang Buntu, gang masuk menuju rumahku, iya rumah Iman juga lewat situ.
“Bentar lagi paling,” Aku memandang ke atas langit.
PRAKK!!!.. PRAKK!!! PRAKKK!!! … Aku pukulkan bilah bambu yang Aku pungut dari pinggir jalan ketika habis menjemput Nisa di rumahnya, Nisa tidak akan bisa main keluar rumah tanpa Aku, kasian dia. Kasian karena tidak bisa main di luar rumah, tapi kalau sudah bisa main diluar, keadaanku juetru lebih menyedihkan dari Nisa.
“Mau Wi..?,” Nisa menyodorkan teh dalam kemasan kotak padaku.
“Makasih Nis,” Aku menolak dengan halus, malu rasanya selalu ditraktir makanan atau minuman oleh Nisa, tapi apa daya Aku kehausan, teh dalam kemasan kotak itu pun aku terima.

Kamis, 14 April 2016

Baik

Dia itu baik
Setiap hari menyambutku pulang
Setiap detik menungguku datang

Dia tidak menuntut
Tidak banyak meminta
Digantung pun sudah cukup

Dia tidak mendengar
Dia tidak merasakan apa-apa

Kau baik sekali,
Stella

Kamar yang dingin,
14 April 2016

Selasa, 12 April 2016

Surat Cinta





Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini berdiri pada tahun 400 Masehi. Raja pertamanya adalah Kudungga, kemudian digantikan Aswarman. Raja terkenal dari Kutai adalah Mulawarman. Mulawarman memuja Dewa Syiwa, maka ia beragama Hindu. Peninggalan Kerajaan Kutai adalah Prasasti Kutai yang terpahat pada tiang batu yang disebut Yupa yang ditemukan pada aliran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti tersebut bercerita tentang Raja Mulawarman yang baik budi. Pada masa pemerintahannya rakyat hidup dengan sejahtera dan makmur. Prasasti ini dibuat untuk memperingati Raja Mulawarman yang telah menghadiahkan 20.000 ekor sapi pada Brahmana. Selain itu, peninggalan sejarah dari Kutai yang lain adalah arca-arca yang terbuat dari perunggu dan emas.

Hmmhhh…
Satu jam sudah Irma menulis di papan tulis, dua buah papan besar di depan kelas sudah penuh dengan tulisan, itu pun sudah beberapa kali dihapus dan diganti dengan paragraf baru,  tangannya sudah pegal berlumur debu kapur, Ibu Rita tidak ada di kelas, ada rapat dengan kepala sekolah, katanya.  Irma melepas nafas panjang, matanya melirik ke arah Reni, saatnya pergantian pemain. Reni sekarang yang menjadi pejabat sementara bagian tulis menulis materi pelajaran di papan tulis, dua paragraf sebelumnya yang sudah Irma tulis dia hapus, tangannya meliuk dengan cepat di papan tulis, irma kembali ke kursinya dengan lesu. Sementara teman-teman lain sibuk menyalin tulisan di papan ke buku tulis mereka masing-masing, termasuk Aku.